Siapa yang perlu contoh kartu siswa? ga perlu ribet bikin di corel draw yang membutuhkan waktu, nie..ane dah upload tinggal ente sedot...
http://www.4shared.com/rar/Blz9ZsiY/KARTU_SISWA_MI_AL_-_ITQON.html
petunjuk:
1. ente copy link diatas
2. buka tab baru di browser ente
3. sedoooooooooooooooooot
LONG LIFE EDUCATION
Senin, 30 September 2013
Rabu, 25 September 2013
RPP DAN SILABUS KURIKULUM 2013 KELAS II
Meski telah berjalan dua bulan, penerapan kurikulum 2013 di beberapa sekolah
percontohan di Subang, (Jawa Barat), masih mengalami kendala.
Selain karena buku pelajaran yang terbatas, kendala lainnya adalah belum siapnya seluruh guru dalam menerapkan kurikulum baru. saya mencoba mengambila gambaran dari contoh2 RPP dan Silabus Kurikulum 2013 bagi Guru guru yang masih belum mengetahuinya, silahkan kopi paste link http://www.4shared.com/folder/YWEwoey2/RPP_SILABUS_KUR_2013_KLS_2.html
mudah2an dapat bermanfaat.....http://saepunajah.blogspot.com
Selain karena buku pelajaran yang terbatas, kendala lainnya adalah belum siapnya seluruh guru dalam menerapkan kurikulum baru. saya mencoba mengambila gambaran dari contoh2 RPP dan Silabus Kurikulum 2013 bagi Guru guru yang masih belum mengetahuinya, silahkan kopi paste link http://www.4shared.com/folder/YWEwoey2/RPP_SILABUS_KUR_2013_KLS_2.html
mudah2an dapat bermanfaat.....http://saepunajah.blogspot.com
Selasa, 24 September 2013
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak yang mempunyai kebutuhan husus dalam penanganan pendidikan diperlukan metode dan cara cara yang lebih efektif dalam mendidik dan mengembangkan bakat-bakat yang tersimpan dalam dirinya, berikut ini anda bisa mendapatkan contoh makalah tentang penanganan anak yang berkebutuhan husus, klik http://www.4shared.com/folder/LMoWEOE6/anak_berkebutuhan_husus.html
RPP DAN SILABUS KELAS I KURIKULUM 2013
bagi rekan guru kelas I yang membutuhkan RPP dan Silabus Kurikulum 2013 klik http://www.4shared.com/folder/2te1kEqv/New_Folder.html
CONTOH PROPOSAL PTK
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat
Allah SWT serta idzinnya penulis dapat menulis Karya Tulis ini yang amat
sederhana dan tentu banyak sekali kekurangan ,kekeliruan, baik bahasa maupun
tulisan yang penulis gunakan serta isinya karena khttp://saepunajah.blogspot.cometerbatasan kemampuan dan
waktu yang ada.
Pada kesempatan ini penulis mohon
maaf dan mengucapkan erima kasih pada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaisan Karya Tulis ini.
“Tak ada gading yang tak retak”
Semoga amal baik yang telah
diberikan pada Penulis Allah SWT membalas dengan setimpal.amin.
Jalancagak , 28 Juni 2008
Penulis
SAEPUNAJAH,S.Pd.I
NIP.19780829 200501 1 002
|
Mengetahui,
Kepala Sekolah
IIN,S.Ag
NIP.19730605 199303 1 001
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… …………….. 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………… ……………. 6
C. Pembatasan Masalah …………………………………………………... 6
D. Perumusan Masalah ……………………………………… …………… 6
E. Tujuan Penelitian ………………………………………… ……………. 6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………… …………… 7
G. Batasan Istilah ……………………………………………… …………. 7
BAB II Kajian Teori
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar …….……………………... ……… 9
B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Tematik ………… ………… 10
C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA …..…………………….. ………….. 13
D. Tinjauan Tentang Siswa ……………………………..……. …………. 14
E. Kerangka Berfikir …………………………………..……. …………….. 14
F. Hipotesis Tindakan ………………………………….…………………. 14
BAB III. Metode
Penelitian
A. Pendekatan Penelitian ……………………………………… ………… 15
B. Desain Penelitian dan Proses tindakan …………………….. ………. 15
C. Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan ………. ……. 15
D. Subjek Penelitian ………………………………………… ……………. 17
E. Setting Penelitian …………………………………………… …………. 17
F. Metode Pengumpulan data …………………………….…… ………... 17
G. Instrumen Penelitian …………………………………….…… ……….. 17
H. Teknik Analisis Data …………………………………………. ………… 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa yang turut
menentukan sikap, mental,perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah
pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta
dilalui mereka sejak kecil. Jika diijinkan saya mengutip sebuah kalimat indah
atau kata bijak yang dikemukakan oleh Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak Anak
Kreatif Mandiri (2006.5), “Kesuksesan dalam pendidikan anak sejak dini
bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan dengan
lingkungan belajar di rumah dan
di sekolah. Hal itu di dasarkan pada interaksi dan komunikasi antara anak, guru
dan orang tua”. Kalimat
di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru.
Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila
kegiatan pembelajaran tersebut
engutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta
didiknya, artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi
peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Usia 6-8 tahun otak anak
masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia
delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau tiga SD yang
sebenarnya masih merupakan masamasa keemasan bagi anak, karena proses menerima
dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik dari guru ataupun lingkungan
sekitar akan dengan
mudah mereka terima. Salah satu
komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru, guru merupakan
ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan yang sangat
besar dan strategis, karena gurulah yang
berada di barisan paling depan dalam
pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran yang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan
dan juga tauladan. Lebih jelasnya saya paparkan peran guru seperti yang
dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantara, yaitu :
1. Ing ngarsa sung tuladha.
Artinya bahwa seorang guru harus
menjadi contoh yang baik. Baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan
sosial. Guru harus menjadi ihsan yang memiliki integritas sehingga dapat
diterima di lingkungannya.
2. Ing madya mangun karsa.
Guru
diposisikan sebagai seorang motivator. Setiap gerak, perbuatan dan perkataan
seorang guru harus berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat dan interest siswa terhadap sesuatu yang baru dan
baik.
3. Tut wuri handayani.
Seorang guru merupakan sosok yang
memiliki kepribadian yang kuat. Guru secara terus-menerus harus selalu
memberikan sumbangan yang positif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya
memberikan suatu pengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik
dan psikis siswa. Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang di emban
oleh guru memang sangat berat, namun sangatlah mulia. Untuk itu, sudah
selayaknya guru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya,
agar menjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, guru sebagai
komponen utama dalam pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan
diharapkan mampu melampaui erkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologiyang berkembang di masyarakat. Melalui
sentuhan-sentuhan guru di sekolah, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik
yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang
semakin keras. Guru dan
juga dunia pendidikan pada umumnya
diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik secara
keilmuan maupun secara sikap mental yang positif. Untuk itu, dalam proses
pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yang benar-benar
tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan tahap
perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu,
baik yang berupa penanaman sikap, mental, perilaku, kepribadian maupun
kecerdasan harus tepat sasaran, tujuh kecerdasan peserta didik sedapatnya harus
dikembangkan secara proporsional. Yang sangat kita khawatirkan dan harus
dihindari adalah jangan sampai masa-masa keemasan anak tersebut malah terbalik,
justru menjadi masamasa
penumpulan otak anak hanya karena
strategi, teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak
tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak.
Jika membicarakan anak atau peserta
didik, salah satu masalah yang sering dijumpai dalam dunia pendidikan kita
adalah tentang prestasi belajar siswa. Masalah ini sepertinya menjadi momok
yang cukup menakutkan bagi pelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah,
satuan pendidikan, termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut,
namun yang paling berhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya. Menurut
Wilhelm Maxt Wundt,
seorang ahli psikologi menyatakan bahwa
pendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. “Ketidaktahuan akan sesuatu
adalah penyakit yang dapat disembuhkan, pendidikan direduksi menjadi sebuah
modifikasi behavioral”. Dari pernyataan Wundt tersebut, dalam hal ini, guru
sebagai orang yang memberikan stimulus. Guru yang secara langsung bertanggung
jawab terhadap bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswanya, harus
benar-benar kreatif dalam mengemas dan mendesain proses pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Artinya guru dapat menerapkan berbagai cara
yang baik sebagai stimulus bagi siswa agar kekurangan yang dimiliki oleh siswa
yang dianggap Wundt sebagai penyakit dapat disembuhkan dengan cara yang guru
lakukan. Berdasarkan pemasalahan diatas, peneliti akan mencoba menerapkan model
pembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Karena menurut Kunandar
dalam Guru Profesional (2007 :331) model pembelajaran tematik merupakan suatu
strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Pendekatan tematik adalah sebuah cara
untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari
sesuatu. Misalnya, sambil belajar menyanyi seorang anak belajar alfabet. Atau
sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai. Ketika proses
pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedang mempelajari satu
mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh
berbagai pengetahuan atau keterampilan hanya dalam satu pertemuan saja. Agar
tujuan dari proses pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan,
maka guru sebelumnya harus benar-benar mengerti dan paham tentang model
pembelajaran tematik, memahami cara menerapkan model pembelajaran tematik,
mengerti konsep dari tematik, agar dalam aplikasinya tidak terjadi kekeliruan
sehingga berpengaruh pada keluaran “hasil” bagi peserta didik.
Menurut Kunandar (2007 :315), model
pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1.
Menyenangkan
karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2.
Memberikan
pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik.
3.
Hasil
belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4.
Mengembangkan
keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5.
Menumbuhkan
keterampilan sosial melalui kerjasama.
6.
Memiliki
sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7.
Menyajikan
kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam
lingkungan peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
bermaksud mengadakan penelitian di kelas II SD Muhammdiyah Negeri Sukonandi
karena mengingat bahwa SD tersebut merupakan salah satu SD favorit di kota
Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui sekaligus membuktikan apakah model
pembelajaran tematik merupakan salah satu langkah yang digunakan guru di SD
tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar para siswanya, sehingga SD
tersebut mendapatkan predikat favorit dan dapat menghasilkan peserta didik yang
benar-benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalah agar
peserta didik dapat mengaplikasikan apayang dipelajarinya, agar dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah
sebagai berikut :
1.
Pengalaman
belajar siswa yang kurang mendukung terciptanya kemauan belajar siswa.
2.
Rendahnya
prestasi belajar siswa.
3.
Kurangnya
minat guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat.
4.
Kurangnya
kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang tepat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
diatas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran tematik
pada pelajaran IPA di Kelas II SD Muhammadiyah Negeri Sukonandi Yogyakarta.
D. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas maka
perumusan masalah yang dapat peneliti
rumuskan adalah “Apakah dengan
penerapan model pembelajaran tematik
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan
utama dari penelitian ini peneliti bagi menjadi dua, yaitu :
a.
Tujuan
umum
Sebagai motivasi bagi guru agar mau
melaksanakan model pembelajaran tematik dan mendorong minat belajar siswa
karena menggunakan model pembelajaran yang menarik.
b.
Tujuan
khusus
Untuk mengetahui apakah dengan
menerapkan model pembelajaran tematik prestasi belajar siswa dapat
ditingkatkan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SD
Muhammadiyah Negeri Sukonandi Yogyakarta Kecamatan Umbulharho Yogyakarta ini
menurut peneliti memiliki beberapa manfaat, yaitu :
1.
Bagi
Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman,
sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran tematik.
2.
Bagi
Guru
Jika hasil penelitian ini dirasakan
dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih baik, maka diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan para guru agar dapat menerapkan model
pembelajaran tematik sebagai usaha memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran.
3.
Bagi
Siswa
Dengan
penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa meningkat
4.
Bagi
Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian berikutnya.
G. Batasan Istilah.
Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767
) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya
menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan
atau dilakukan“. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai
menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang iperlukan dari belajar dengan waktu tertentu,
prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau
ujian
1.
Pembelajaran
yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang
berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut),
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik
mau belajar.
2.
Pendapat
lain mengatakan bahwa pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus,
berdasarkan aliran psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut
aliran-aliran tersebut sebagai berikut: Menurut
psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada pada jiwa
manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebih
3.
berfungsi.
Sedangkan menurut psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa
atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaran adalah
usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy
learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25).
4.
Model
adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi lain dari model adalah
abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih sederhana serta
mempunyai tingkat presentase yang bersifat menyeluruh, atau model adalah
abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat
dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix – xii).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
Menurut Adi Negoro, prestasi adalah
segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan
suatu bangsa, sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan
bahwa “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau
dilakukan“. Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa prestasi
adalahsegala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.
Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53), berpendapat belajar adalah “suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Kemudian Hamalik (1983:2),
mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan.”
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan
bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila
tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Sehubungan dengan prestasi belajar,
Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport.”Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan
yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:kognitif, affektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”Prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus
bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli
mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka
anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan.
Berdasarkan pengertianpengertian di
atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar. Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah
hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan
ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang
yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan
dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
B. Tinjauan Tentang model pembelajaran
Tematik
A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan
implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar
pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan,
yaitu landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.
Ditinjau dari pengertiannya,
pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru
pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Menuru Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi
ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.” “Tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa” Depdiknas
(2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau
wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam
pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan
yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran
tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu
kali tatap muka. Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa
disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran
yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik
adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan
bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pendekatan ini berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Dalam pelaksanaannya, pendekatan
pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan
oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi
mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan.
Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1.
Peserta
didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2.
Peserta
didik mampu mempelajari pengetahuan dan
3.
mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
4.
Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
5.
Kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi peserta didik;
6.
Peserta
didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
7.
Peserta
didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus
mempelajari matapelajaran lain;
8.
guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
9.
Pembelajaran
tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri.
Adapun ciri khas pembelajaran tematik
di antaranya:
1.
Pengalaman
dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
siswa sekolah dasar;
2.
Kegiatan
yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan
siswa;
3.
Kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama;
4.
Membantu
mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5.
Menyajikan
kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui peserta didik di lingkungannya; dan
6.
Mengembangkan
keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain. Penggabungan beberapa kompetensi dasar,
indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi
penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
Siswamampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran
lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir.
Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat. Karena
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema
tertentu, maka dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran
fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat
ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran
tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa
untuk secara produktif
menjawab
pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan
penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka. Keuntungan
pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Tersedia
waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam
pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata
pelajaran.
2.
Hubungan
antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
3.
Dapat
ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak terbatas pada
buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru dapat membantu
siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.
4.
Guru
bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut
pandang.
Pengembangan masyarakat belajar
terfasilitasi. Penekanan padakompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja
sama dan kolaborasi.Adapun keuntungan pembelajaran
tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Bisa
lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
2.
Menghilangkan
batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses
belajar yang integratif.
3.
Menyediakan
kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkandengan minat, kebutuhan, dan
kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung
jawab pada keberhasilan belajar.
4.
Merangsang
penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
5.
Membantu
siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi
dan pemahaman.
B. Kaitan Pembelajaran Tematik dengan
Standar Isi
Dalam kerangka dasar dan struktur
kurikulum yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa
untuk kelas I, II, dan III
SD pembelajaran dilaksanakan melalui
pendekatan tematik. Mata pelajaran yang harus dicakup adalah :
1.
Pendidikan
agama,
2.
Pendidikan
kewarganegaraan,
3.
Bahasa
Indonesia,
4.
Matematika,
5.
Ilmu
pengetahuan alam,
6.
Ilmu
pengetahuna sosial,
7.
Seni
budaya dan keterampilan, dan
8.
Pendidikan
jasmani, olah raga dan kesehatan.
Dalam pembelajaran tematik, standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat dalam standar isi harus dapat
tercakup seluruhnya karena sifatnya masih minimal. Sesuai dengan petunjuk
pengembangankurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar itu
dapatdiperkaya dengan muatan lokal atau ciri khas satuan pendidikan yang
bersangkutan.
C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA
Carin (1985) mendefinisikan IPA sebagai
sistem pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan
observasi dan eksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk (1990)
mendefinisikan IPA sebagai, (1) proses menguji informasi yang diperoleh melalui
metode empiris, (2) informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan
pelatihan yang dirancang secara logis, dan (3) kombinasi antara proses berfikir
kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam bentuk kumpulan konsep, prinsip, teori dan
hukum. IPA dapat dipandang sebagai produk yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang
diperoleh melalui metode ilmiah, dan dapat juga dipandang sebagai proses yaitu
sebagai pola berfikir atau metode berfikirnya.
Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam
metodeilmiah berupa sikap ilmiah yang antara lain berupa hasrat ingin tahu, kerendahan
hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun, terbuka, dan penuh tanggung
jawab.
D. Tinjauan Tentang Siswa
Menurut Yaumil Achir, dalam Reni Akbar-Hawadi
(2001 : 39), menguraikan bahwa fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada
pada dunia akademis dan intelektual. Untuk periode ini, yang menonjol adalah banyaknya
kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakanrepresentasi dari hal-hal
yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau
yang diterima secara tidak langsung.Menurut Syaiful bahri Djamarah (2005:51),
anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang
atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Menurut Sutari Imam
Barnadib, dkk (dalam Syaiful bahri Djamarah,(2005:52), bahwa anak didik
mempunyai karakteristik tertentu, takni :
1.
Belum
mempunyai pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik
(guru),
2.
Masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,
3.
Memiliki
sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan
biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota
tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, latar belakang biologis serta
perbedaan individual.
E. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Berdasarkan
gambar 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalam proses pembelajaran
tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikan sebuah tema. Seperti contoh
diatas, tema yang disampaikan adalah tentangbinatang. Berdasarkan tema tersebut
guru mengaitkannya dengan beberapa
mata pelajaran lainnya, seperti bahasa
indonesia, matematika, pendidikanagama dan kerajinan tangan dan kesenian, atau
dapat juga dihubungkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan melakukan hal
tersebut, diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatih kemampuan
berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dan kreativitasnya. Sehingga
dapat menambah pengetahuan siswa, dalam waktuyang bersamaan siswa dapat belajar
beberapa mata pelajaran sekaligus, yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah
bahwa model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, model yang
digunakan adalah model Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti
melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas. Menurut
Kasihani Kasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan dan
atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.
Artinya, penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan
di kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada. Menurut
Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3), bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama-sama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa.
Berdasarkan beberapa definisi oleh para
pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah
segala daya upaya yang dilakukan oleh guru berupa kegiatan penelitian tindakan
atau arahan dengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Desain Penelitian
Menurut S. Nasution (2006:23), desain
penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data
agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian
itu Model penelitian pada penelitian ini
merujuk pada proses pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis &
Taggart, Suharsimi Arikunto (2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan
tindakan (planning),
pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Kegiatannya divisualisasikan pada
gambar dibawah ini.
Gambar 2. Proses penelitian tindakan Keterangan
:
a.
Perencanaan
b.
Tindakan
dan observasi I
c.
Refleksi
I
d.
Rencana
revisi
e.
Tindakan
dan observasi II
Refleksi
II
C. Pengembangan dan Pengkajian
Instrumen Tindakan
1.
Putaran pertama atau siklus I
a.
Perencanaan
Sebelum melaksanakan model pembelajaran
tematik direncanakan beberapa kegiatan, yaitu :
1.
Pembuatan
persiapan pembelajaran tematik pelajaran IPA kelas II SD.
2.
Observasi
3.
Kegiatan
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran tematik.
4.
Identifikasi
permasalahan dalam pembelajaran tematik Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui
permasalahan apa yang akan dihadapi oleh siswa dan dapat menentukan cara menyelesaikan
masalah tersebut.
5.
Menentukan
cara atau metode dalam melaksanakan
6.
pembelajaran
tematik.
7.
Menyusun
rencana penelitian Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara
menyeluruh berupa siklus tindakan kelas.
b. Tindakan dan observasi I
1)
Kegiatan awal
Pretes : Guru bertanya kepada siswa,
pertanyaannya adalah sebutkan tiga jenis makhluk hidup yang hidup dibumi.
2)
Kegiatan inti
1.
Guru
menampilkan gambar-gambar binatang, binatang tersebut adalah kuda, sapi, badak,
kambing, dan rusa.
2.
Siswa
menyebutkan nama-nama binatang tersebut.
3.
Siswa
menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar.
4.
Siswa
mewarnai gambar binatang yang telah disiapkan oleh guru.
5.
Guru
menampilkan sebuah puisi yang berjudul kuda.
6.
Guru
memberikan contoh cara membaca puisi dengan intonasi yang tepat.
7.
Siswa
membaca puisi secara bersama-sama.
8.
Beberapa
orang siswa maju untuk membacakan puisi tesebut dengan gaya masing-masing.
9.
Guru
memberikan penjelasan bahwa sebagai sesame makhluk ciptaan Tuhan, kita sebagai
manusia harus selalu menyayangi semua ciptaannya. Salah satunya adalah menyayangi
binatang.
3) Kegiatan akhir
Pemberian postes Siswa diberi tugas
untuk menuliskan lima ekor binatang
peliharaan yang biasa dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Refleksi I
Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti
melakukan diskusi dengan guru untuk melihat kendala yang dialami siswa dalam
pembelajaran tesebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi
kendala tersebut.
Yang terpenting, dalam refleksi ini peneliti
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan rancangan skenario
yang telah dibuat. Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perlu
adanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikiasi dan atau jika dirasakan
sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untuk melakukan siklus
berikutnya.
2. Putaran kedua atau siklus II
Putaran kedua atau siklus II dilakukan
apabila apa yang dilakukan pada putaran pertama belum sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, apabila belum juga berhasil maka akan dilanjutkan dengan putaran
berikutnya.
D. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini, subjek
penelitiannya adalah seluruh siswa kelas II SD
Muhammadiyah Negeri Sukonandi,
Kabupaten Umbulharjo Yogyakarta.
E. Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah
lingkungan kelas tempat subjek melakukan kegiatan pembelajaran.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Metode observasi
Metode observasi yaitu kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Dalam penelitian ini menggunakan
observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
sebagai instrument pengamatan.
2.
Metode wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah adalah wawancara bebas
terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan terpimpin Dalam melakukan wawancara., pewawancara
membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan.
G. Instrument Penelitian
Menurut Suharsismi Arikunto (1998:151),
instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini digunakan instrument penelitian berupa pedoman observasi
dan pedoman wawancara.
1.
Pedoman observasi
Pedoman
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati. Pedoman observasi dibuat peneliti dengandikonsultasikan kepada dosen
pembimbing.
2.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini
menggunakan wawancara semi struktur, yaitu mula-mula interview menggunakan
sederetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut satu persatu diperdalam guna mengorek keterangan lebih lanjut.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitiann
ini dilakukan dengan cara induktif. Menurut Noeng Muhadjir (1992), analisis
induktif adalah mengenali dataspesifik dari lapangan menjadi unit-unit kemudian
dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan
atau bermakna yang telah dipilih seta disusun dalam satu kesatuan tersebut
difokuskan/ditonjolkan pada hal-hal yang penting sehingga dapat memerikan
gambaran tajam tentang hasil observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini
kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperolah dari
guru kelas dan guru bidang studi.
DAFTAR PUSTAKA
pengertian-dan-hakekatpembelajaran/pembelajaran-tematik.
implikasi-pembelajaran-tematik/arti-penting-pembelajaran-tematik/
model-pembelajaran-tematik-kelebihandan-kelemahannya/
Kunandar.
2007. Guru Profesional. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugiyono.
2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi
Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
KATA
PENGANTAR
Langganan:
Postingan (Atom)