LONG LIFE EDUCATION

LONG LIFE EDUCATION

Senin, 25 November 2013

25 nopember 2013

B. Kerja Sama untuk Pertunjukan Teater
Mementaskan sebuah naskah merupakan suatu proses yang cukup panjang.Di dalamnya terlibat banyak orang dengan beragam keahlian. Unsur-unsur yang terlibat dalam pementasan naskah drama adalah sutradara, pengurus produksi, pemain, dan tim artistik. Melalui kerja sama maka sebuah pementasan dapat terwujud sesuai dengan harapan.
1. Sutradara
Sutradara merupakan penanggung jawab proses transformasi naskah lakon ke bentuk pemanggungan. Sutradara adalah pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja sutradara. Meskipun unsur-unsur lainnya berperan, unsur-unsur tersebut masih berada di bawah kewenangan sutradara.
Sebagai pimpinan, selain bertanggung jawab terhadap kelangsungan proses terciptanya pementasan, sutradara juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat atau penonton. Dengan kata lain, sutradara merupakan penanggung jawab utama. Oleh karena itu, sutradara dituntut mempunyai pengetahuan yang luas agar mampu mengarahkan pemain untuk mencapai kreativitas maksimal dan
dapat mengatasi kendala teknis yang timbul dalam proses penciptaan.
2. Pengurus Produksi
Hal-hal yang harus disusun dalam mengelola staf produksi adalah sebagai berikut.
a. Pimpinan produksi: bertugas sebagai pemimpin serta penanggung jawab semua aspek yang berkaitan dengan produksi.
b. Sekretaris produksi: bertugas mempersiapkan administrasi, seperti suratmenyurat,pembuatan proposal serta da􀄞ar dan nama serta jumlah pemain termasuk penyusunan jadwal latihan.
c. Bendahara: bertugas dalam urusan keuangan.
d. Seksi dana usaha: bertugas untuk mencari sponsor dan sumber dana.
e. Seksi publikasi: bertugas dalam memublikasikan pementasan teater.
f. Seksi dokumentasi: bertugas untuk merekam kegiatan yang berhubungan dengan pementasan.
g. Seksi konsumsi: bertugas sebagai penyedia makanan atau minuman.
h. Seksi keamanan: bertugas untuk mengamankan jalannya pertunjukan.
i. Seksi acara: bertugas untuk mengatur jalannya acara pertunjukan.
j. Seksi koordinasi: bertugas untuk mengkoordinasi seksi serta pemain baik saat latihan maupun dalam pementasan.
3. Pemain
Pemain merupakan tulang punggung pementasan. Pemainlah yang secara langsung tampil saat pementasan dan berhadapan dengan penonton. Untuk mentransformasikan naskah di atas panggung dibutuhkan pemain yang mampu menghidupkan tokoh dalam naskah lakon menjadi sosok yang nyata
4. Tim Artistik
Tim artistik dalam pementasan drama adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam mengurus panggung atau pentas, dekorasi, tata lampu, tata suara,kostum, dan tata rias.
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistik yang mendukungnya. Unsur artistik di sini meliputi tata panggung, tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, dan tata musik yang dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur artistik menjadi lebih berarti
apabila sutradara dan penata artistik mampu memberi makna kepada bagianbagian tersebut sehingga unsur-unsur tersebut tidak hanya sebagai bagian yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari sebuah pementasan.
Tata panggung adalah pengaturan pemandangan di panggung selama pementasan berlangsung. Tujuannya tidak sekadar agar permainan bisa dilihat penonton tetapi juga menghidupkan pemeranan dan suasana panggung Tata cahaya atau lampu adalah pengaturan pencahayaan di daerah sekitar panggung yang ungsinya untuk menghidupkan permainan dan suasana lakon yang dibawakan sehingga menimbulkan suasana istimewa.
Tata musik adalah pengaturan musik yang mengiringi pementasan teater yang berguna untuk memberi penekanan pada suasana permainan dan mengiringi pergantian babak dan adegan.
Tata suara adalah pengaturan keluaran suara yang dihasilkan dari berbagai macam
sumber bunyi. Misalnya, suara aktor, efek suasana, dan musik. Tata suara diperlukan untuk menghasilkan harmoni.

Minggu, 24 November 2013

materi sbk tgl 24 nopember 2013

PERTUNJUKAN TEATER KREATIF

Proses dramatisasi terdiri atas beberapa tahap. Berikut adalah penjelasan mengenai tahap-tahap tersebut.
1. Menentukan Gagasan Cerita
Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan gagasan adalah menentukan tema. Tema adalah dasar cerita teater yang akan dibuat. Dalam menentukan tema teater modern disarankan  menggunakan tema yang berhubungandengan keadaan situasi dan kondisi lingkungan sehari-hari yang terjadi pada saat ini (hal yang dianggap sedang hangat terjadi) atau jika pertunjukannya di sekolah bisa mengangkat tema seputar keadaan sekolah
2. Menyusun Naskah Drama
 Tema mengenai kehidupan seharihari sering digunakan dalam pertunjukan teater
Menyusun naskah drama adalah membuat uraian berupa teks, percakapan (dialog), tokoh
pemain, se􀄴ing waktu dan tempat. Beberapa langkah berikut ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah lakon.
a. Menentukan tema. Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir.
Misalnya, tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan” maka dalam
cerita, hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat
menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh
kebaikan.
b. Menentukan persoalan. Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita
teater tanpa konflik. Oleh karena itu, pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya,dengan tema “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan
c. Membuat sinopsis (ringkasan cerita). Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan sebagai pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar.
d. Menentukan kerangka cerita. Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita.
Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh  Dialog dapat memperlihatkan karakter tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik yang
diselesaikan. Riantiarno, sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma,menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi
yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat
e. Menentukan protagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetail, tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya,
dalam persoalan tentang kelicikan, tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagai orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detail sifat atau karakter protagonis, semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis, karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh
protagonis dan antagonis sudah ditemukan, tokoh lain, baik yang berada di pihak
protagonis maupun antagonis, akan mudah diciptakan.
f. Menentukan cara penyelesaian. Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon, ada cerita yang diakhiri dengan baik. Namun, ada juga yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan
dinanti oleh penonton. Oleh karena itu, tentukan akhir cerita dengan baik,logis, dan tidak tergesa-gesa.
g. Menulis. Setelah semua hal disiapkan, proses berikutnya adalah menulis.Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih  tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu,gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menuliskannya.
3. Memainkan Cerita
Setelah naskah disusun, tahap selanjutnya adalah memainkan cerita. Berikut ini adalah beberapa trik untuk mengatur permainan agar lebih rapi dan mudah dilakukan.
Memainkan peran berdasarkan naskah cerita
a. Tinjau kembali plot cerita. Tuliskan garis besar secara sederhana di tempat strategis sehingga dapat dibaca oleh semua anggota kelompok, misalnya di papan tulis.
b. Aturlah tempat pentas dengan baik.Tempat pentas perlu dirancang dengan sungguh-sungguh. Untuk itu, perlu dibuat peta sederhana. Setiap pemain harus mengacu pada peta tersebut.
Hal ini dapat membantu anggota kelompok mengeksplorasi gagasan mereka. Apabila selama latihan para pemain mendapatkan gagasan baru,mereka dapat menyesuaikannya dengan peta. Selain itu, perlu juga dikreasikan beberapa properti yang sekiranya nanti diperlukan dalam pentas.
c. Sebelum para pemain memainkan peran dalam suatu adegan, berilah kesempatan bagi mereka untuk berkonsentrasi. Mereka dapat duduk di kursi atau pinggiran pentas. Sementara itu, apabila anggota yang lain masih cemas dan belum percaya diri, biarkanlah mereka menjadi penonton. Anggota yang lain dapat membantu dengan menjadi asisten tata suara atau efek lampu.
d. Jagalah permainan agar tampak wajar dan tidak tergesa-gesa. Nikmatilah
permainan peran tersebut. Pemain mungkin harus memerankan tokoh
yang harus beristirahat, duduk merenung, atau diam tidak bergerak karena
terpesona. Untuk itu, harus ada waktu yang berjalan pelan. Selain itu, seorang
pemain diharuskan berdialog mesra dengan lawan mainnya. Agar adegan ini
tampak alamiah, rasakan kemesraan tersebut. Jangan sekadar menghafalkan
dialog.
e. Rancanglah peran dan karakter tokoh dengan berbagai cara sehingga para pemain mudah mengingatnya. Kostum sederhana dengan tanda-tanda khusus juga dapat membantu
4. Mengevaluasi Permainan
Setelah permainan berakhir, adakan evaluasi dramatisasi. Pada awalnya,tekankan pada unsur positif dari permainan. Amatilah hal-hal yang seharusnya dipertahankan dalam permainan berikutnya.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi
b. Pada bagian manakah cerita dapat sangat dipahami?
c. Pada bagian manakah akting terlihat jelas dan baik?
d. Adakah bagian dari dramatisasi yang sangat menarik, menakjubkan, atau menyedihkan dan menguras emosi?
e. Pada bagian manakah tokoh tampak sangat meyakinkan?
5. Memainkan Ulang
Setelah evaluasi permainan selesai, galilah ide-ide yang dapat mendorong dan mengembangkan permainan. Perubahan dan ide baru dapat dimasukkan dalam permainan ulang.
Selanjutnya, seluruh anggota mulai bersama-sama memikirkan langkahlangkah, seperti efek suara, lampu, musik, dan kostum. Perubahan dan tambahan ini akan menumbuhkan proses kreatif kelompok.
6. Melakukan Evaluasi Akhir dan Menyiapkan Pementasan
Pada tahap akhir, ketika pementasan yang sesungguhnya hampir dilaksanakan, sebuah evaluasi dapat dilakukan secara menyeluruh. Para pemain bersama-sama mengevaluasi kelemahan permainan. Pada tahap ini, hubungan baik dan kekompakan antara pemain, tim produksi, dan tim artistik seharusnya
sudah terbina sehingga mereka dapat saling terbuka dan membuka diri terhadap masukan orang lain.
Berikut ini adalah rambu-rambu evaluasi tahap akhir. Jika rambu-rambu ini
telah terpenuhi, dramatisasi cerita dianggap berhasil.
a. Apakah semua pemain telah memahami jalan cerita hingga detail yang
terkecil?
b. Apakah pemain dapat menyelami karakter tokoh yang harus diperankan?
Apakah pemain telah mampu menangkap karakter dasar tokoh tersebut?
c. Apakah pemain dapat mengucapkan dialog tokoh dengan lancar dan dengan
vokal yang baik? Apakah dialog tersebut dapat ditangkap maknanya oleh
mereka yang menjadi penonton?
d. Apakah pemain dapat menggerakkan tubuh dan mengolah ekspresinya sesuai
dengan tuntutan peran?
e. Apakah para pemain telah bergerak (melakukan blocking) sesuai dengan
rancangan dalam peta pentas? Apakah telah terdapat harmonisasi pemanfaatan
ruang-ruang pentas?
f. Apakah properti, musik, lampu, dan kostum telah dipersiapkan dengan baik?
Diharapkan pada tiga latihan terakhir sebelum pementasan, pemain telah
melakukan latihan dengan kelengkapan artistik ini.
g. Apakah dekorasi dan tata rias telah dirancang dengan baik?
Sehari sebelum pementasan, para pemain diharapkan telah melakukan geladi
resik berdasarkan rambu-rambu tersebut. Geladi resik sebaiknya dilakukan di
hadapan kelompok kecil penonton. Dengan demikian, pemain akan terbiasa
dengan reaksi penonton

Senin, 11 November 2013

MATERI SBK MTS TGL 11 NOPEMBER 213

Keunikan dan Pesan Moral Teater Mancanegara dari Asia
Semua cabang teater Timur, yaitu drama India, Cina, Jepang, dan Asia
Tenggara memiliki ciri umum tertentu yang dengan jelas membedakannya dengan
teater Barat pasca-Renaissance. Teater Asia berciri presentasional, sementara
gagasan representasi Alam asing bagi seni Timur. Meskipun drama dari negaranegara
tertentu beragam, secara umum drama tersebut menyatukan karya-karya
seni yang menggabungkan sastra, tari, musik, dan tontonan.
Pelatihan aktor, yang umumnya merupakan proses yang panjang dan sulit, lebih
menekankan tari, ketangkasan fisik, dan keterampilan vokal ketimbang penafsiran
psikologis. Kostum dan tata rias cenderung rumit, dengan semua warna, citra, dan
unsur yang memiliki makna khusus. Topeng dan tata rias mirip topeng merupakanhal yang lumrah. Stilisasi meluas ke gerakan.
Tindakan sehari-hari diubah menjadi gerak
tubuh simbolik yang mirip dengan tari. Dekorasi
juga distilisasikan. Contohnya, panggung Noh
dari Jepang memiliki unsur-unsur arsitektur
dan pemandangan yang syarat makna dan tidak
berubah tanpa menghiraukan lakon. Opera Peking
memiliki kosakata konvensi aksi. Perjalanan
panjang ditunjukkan dengan mengitari panggung.
Seorang aktor yang berlari melintasi panggung
dengan empat potong kain melambangkan
angin. Tidak ada upaya yang dilakukan untuk
menyamarkan teatrikalitas peristiwa.
Dari sudut pandang penonton, teater
Timur berciri partisipatoris. Penonton tidak
benar-benar berperan dalam pertunjukan,
tetapi kehadiran mereka lebih seperti berbagi
pengalaman. Sikap dan harapan penonton berbeda dengan penonton teater Barat.
Pertunjukan seringkali berlangsung lama, dan penonton datang dan pergi, makan,
mengobrol, dan hanya melihat momen-momen favorit mereka. Di sini tidak ada
kekhidmatan seperti pengunjung teater Barat.
Teater Timur, sebagaimana aspek-aspek kebudayaan Timur yang lain, ditemukan
oleh orang Barat pada akhir abad ke-19. Teater Timur memengaruhi gagasan-gagasanakting, penulisan, dan pemanggungan penganut aliran Simbolis. Dramawan seperti
Strindberg, Brecht, dan Artaud juga terpengaruh teater Timur. Demikian juga dengan
sutradara Rusia Vsevolod Meyerhold dan sutradara Jerman Max Reinhardt.